Harapan di Hari Pembalasan

 

Photo by Aaron Burden on Pexels

Harapan, salah satu yang membuat seseorang tetap bertahan, berpayah-payah, jatuh-bangun demi mendapatkan apa yang diimpikannya.

 

Tadabbur QS At Tin ayat 7 tentang Hari Pembalasan menjadi refleksi dan menghadirkan harapan di tengah-tengah kesadaran betapa diri ini masih berkelindan dengan dosa. Selama ini, istilah Hari Pembalasan sering saya diidentikkan dengan kengerian, ketakutan, azab, murka Allah.

 

Namun ada yang luput, bahwa Hari Pembalasan sebenarnya momen yang seharusnya dinanti-nanti seorang mukmin. Hari pembalasan adalah saat orang mukmin menuai apa yang telah ditanamnya ketika di dunia, kebaikan ataupun keburukan.

Di hari itu, Allah tidak hanya menunjukkan murka-Nya tetapi juga rahmat-Nya yang luar biasa. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah shallahu’alayhi wasalam menyampaikan, 

 

Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat. Dia menurunkan satu rahmat-Nya bagi jin dan manusia, hewan ternak, dan serangga. Dengan rahmat itu mereka saling mengasihi, menyayangi, dan dengannya hewan buas menyayangi anaknya. Allah azza wa jalla mengakhirkan 99 rahmat-Nya (yang tersisa) untuk merahmati hamba-hambaNya pada hari kiamat.” (HR. Muttafaq’alaih)

 

Pada hari kiamat, Allah mengkhususkan rahmat, karunia, dan juga kebaikan bagi manusia yang beriman kepada-Nya dan para rasul-Nya. Allah memuliakan mereka dengan permaafan dan pengampunan yang tidak akan bisa digambarkan oleh lisan dan  pikiran.[1]

Cara berpikir saya menjadi berubah. Hari Pembalasan yang terkesan menyeramkan menyimpan harapan besar. Rahmat Allah inilah yang menjadi harapan besar seorang mukmin pada Hari Pembalasan. Syaratnya, cukup bertahanlah menjadi seorang mukmin dan di sinilah perjuangannya, di sinilah Allah akan melihat ikhtiar, doa, dan ketawakalan.

Dunia hanyalah senda gurau, sering saya mendengarnya tapi menyematkannya di hati masih membutuhkan usaha yang keras. Namun, itulah cara pandang seorang mukmin bahwa dunia tempatnya bersusah-payah menunaikan amal soleh, mengejar ilmu yang manfaat demi mempertahankan keimanan, memilah-milih kehalalan rezeki sembari meredam mati-matian rasa iri dengan kesenangan dunia, bersabar atas ujian sementara lisan masih harus direm dari keluh-kesah. Berat? Ya, tapi semuanya dilakukan demi apa? Berharap Allah akan mengganjar kepayahan itu dengan balasan berlipat dan aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi.

 

Photo by Mathew Schwartz on Unspalash


Seperti hikmah yang saya dapatkan saat mengikuti kajian tadabbur weekly yang diisi Mbak Indah tentang QS Saba’: 37

 

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)."

 

Dalam salah satu kajian Ustadz Rifky Ja’far Thalib, beliau menyampaikan satu-satunya pamrih yang boleh diharapkan atas segala amal soleh kita hanyalah dari Allah azza wa jalla, karena berharap kepada selain-Nya hanya akan membuahkan kekecewaan. Dan harapan-harapan yang tersurat maupun tersirat dalam ayat-ayat-Nya menunjukkan Kemaha tahuan Allah atas kekerdilan manusia.

Meski sadar diri masih banyak dosa tetapi harapan menjadikan kehidupan menjadi lebih optimis. Rasa takut terus menggelayuti, tapi saat harapan membersamai, menjadikan ibadah sebagai momen ketundukan atas kebesaran Allah, Ar-Rahman, Ar-Rahim. 

Memaknai Hari Pembalasan tidak lagi hanya dipenuhi ketakutan tetapi harapan besar Allah berkenan memberikan rahmat-Nya, di saat tidak ada tempat bergantung selain kepada Allah azza wa jalla.

 

Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri, merasa senang karena usahanya (sendiri), (mereka) dalam surga yang tinggi.
” ~ QS. Al Ghasyiyah 8-10

 

Referensi:

1. Ensiklopedia Asmaul Husna, Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, Pustaka Imam Syafi’i, h.155.

Kontributor: Sinta, RSC 4, perempuan kelahiran Malang yang suka sekali membaca dan makan gado-gado.

 

 

0 comments