Adab Menuntut Ilmu (Tadabbur QS. Al-Kahfi 60-68)


pict: koleksi pribadi

Jadi murid itu jangan belagu! Kisah Nabi Musa 'alaihissalam berguru pada Nabi Khidir 'alaihissalam (QS. Al-Kahfi 60-82) mengajarkan kita banyak hal. Namun kali ini saya ingin meng-highlight bab pelajaran Adab Menuntut Ilmu yang relate dengan ditegakkannya adab para penuntut ilmu yang hilang hari ini: intellectual humility.
Pertama: Adab Berguru.
Lihat bagaimana adab Musa as. untuk berguru pada Khidir as. 

Musa as. bisa saja memperkenalkan dirinya sebagai Nabi dan Rasul Allah serta langsung menyampaikan di awal bahwa ia mendapat perintah dari Allah untuk berguru pada Khidir as. Ia bisa saja berkata "Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk mengikutimu". Namun itu tidak ia lakukan. Musa tanggalkan kebesarannya sebagai Nabi dan Rasul, dan mendatangi Khidir as., hamba Allah yang shalih yang dia sendiri tidak tau riwayat sebelumnya tentangnya. Dengan segala kerendahan hatinya, Musa meminta izin untuk nyantri pada Khidir as.
Ia berkata "Bolehlah saya mengikutimu?"
Inilah seharusnya adab murid terhadap guru. Tak peduli apa background kita, apakah secara gelar lebih tinggi dari guru kita, secara kedudukan lebih tinggi dari guru kita, lebih baik kemampuan dan skillnya, begitu kita memutuskan belajar pada seorang guru, maka tempatkan diri kita lebih rendah dari guru kita. Menanggalkan ke"aku"an kita.

Kedua: Kerendahhatian

Ketika Musa as. meminta izin berguru pada Khidir as., Khidir as. menjawab "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku."

Musa as. seorang Nabi dan Rasul yang sudah sangat kenyang dengan ujian hidup dikatai seperti itu, bagaimana perasaanmu ketika kamu adalah orang yang telah mengalami banyak ujian hidup, menjadi di antara manusia yg menerima ujian paliing berat dari Allah di sepanjang hidupnya (ketika bayi ia dilarungkan ke sungai oleh ibunya, menghadapi manusia paling laknat (Fir'aun) dikejar dan hendak dibunuh oleh bala tentara Fir'aun. Juga harus menghadapi umat paling ngeyel sepanjang sejarah, Bani Israil. 

Bagaimana mungkin kamu bersabar di-underestimate sama orang yang baru saja kamu kenal dan berkata "Sesungguhnya kamu nggak akan sabar bersamaku". Tapi apa yang dilakukan Musa as? Dia bisa saja berkata "Eh tunggu dulu. Mohon maaf sj ni ya.. Untuk diketahui sj ya.. sy adl salah satu manusia yang paling banyak mendapat ujian dari Allah di sepanjang hidup sy". Tapi, tidak demikian yg dilakukan Musa. Ia, masih dengan santunnnya berkata pada Khidir as. "Insya Allah kamu akan mendapatiku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
Lihatlah bagaimana Nabi Musa mengucapkan "insya Allah" untuk melunakkan hati Khidir as. Ia bersabar atas apa yang disampaikan gurunya, bagaimana ia tidak membantah apa yang disampaikan Khidir as. dan Musa menunjukkan kesiapannya untuk berguru pada Khidir as.
Maka Khidir as. menjawab "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai saya sendiri menerangkan kepadamu." Seakan Khidir as. hendak mengajarkan pada kita tentang etika murid dalam meraih ilmu dan bersabar dalam menuntutnya. Bahwa dalam belajar, tidak boleh tergesa-gesa.
Juga di ayat-ayat setelahnya dimana Musa as.menanyakan apa yang dilakukan Khidir as. Padahal di awal sudah diingatkan untuk jangan bertanya sampai Khidir menerangkan padanya. 

Ini mengisyaratkan hikmah bahwa sebagai murid, kita harus bersabar dengan "kurikulum" yang dirancang oleh guru

Tidak menggesa-gesakan, tidak testing dan asking question dengan maksud mengetes guru, protes apalagi mendebat. 

Sejak maraknya santri online yang ngajinya di medsos saja, banyak yg kemudian tergelincir dari adab ini. Murid yang baru saja belajar islam, karena saking semangatnya, mendebat seorang Faqih yang jelas sanad ilmunya. Oh di manalah adab?
Kita harus selalu ingat bahwa janganlah merasa menjadi seorang yang paling berilmu. Belajarlah dari kisah bagaimana Allah menegur Musa as. atas jawabannya dengan percaya diri bahwa ia adalah seorang paling berilmu di dunia ini. Allah utus ia untuk belajar pada seorang hamba Allah yg Allah katakan ia memiliki ilmu yang Musa tidak ada pengetahuan tentang itu. Bahwa di atas ilmunya seorang yg berilmu, masih ada lagi yg lebih berilmu. Dan di atas semua itu ada Allah Sang Pemilik ilmu.
Itu kenapa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thaha: 114)
Sebuah nasihat indah ditulis Syaikh Mutawalli Sya'rawi dalam Tafsirnya,
Seorang penyair berkata: "Setiap kali ilmuku bertambah maka saya juga semakin yakin akan kebodohanku."
Bahwa jika pada hari ini ilmu kita bertambah, berarti kemarin ilmunya kurang, dan begitu juga hari ini merasa kurang supaya kita mendapat ilmu besok.
Jika manusia sudah mempunyai pengetahuan yang luas dan menyukai ilmu, kamu akan melihatnya ketika dia menguasai suatu permasalahan, maka dia akan menginginkan permasalahan yang lain. Ia akan selalu haus ilmu dan tidak pernah merasa cukup, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Dua golongan yang selalu melahap tidak akan pernah kenyang (puas): orang yang mencari ilmu, dan orang yang mencari harta."
Wallahu a'lam bishawab.
Barakallahu fiik.

Kontributor: @ivaghazia




0 comments