Salah satu fase Hidup Rasulullah saw. sebelum menerima wahyu adalah kebiasaan beliau beruzlah di Gua Hira. Beliau menyendiri selama beberapa malam di Gua Hira, terkadang selama sepuluh hari dan terkadang lebih lama lagi hingga sebulan penuh. Sebuah fase dalam kehidupan Rasulullah saw. yang penting untuk direnungkan oleh seluruh umat Muslim, terkhusus untuk para pendakwah.
![]() |
Photo by Imad Alassiry on Unsplash |
Dalam buku The Great Episodes of Muhammad karya Syeikh Dr. Al-Buthy, disampaikan bahwa kesempurnaan seorang muslim dengan keislamannya tidak akan tercapai sebelum melakukan aktivitas menyendiri. Bahkan, jika kehidupannya dipenuhi dengan berbagai ibadah. Mengapa bisa sedemikian pentingnya? karena di dalam jiwa kita ada penyakit yang menyebabkan kerusakan dan akan terus merusak, meskipun seseorang sibuk berdakwah, menasihati, mengarahkan, dan membimbing banyak orang. Maka, cara menghentikan atau mengobatinya adalah dengan menyendiri lalu mengevaluasi diri dalam suasana yang hening dan jauh dari hiruk pikuk dunia.
Lalu, beruzlah seperti apa yang dapat menjadi obat bagi jiwa? Dr. Al-Buthy menyampaikan dalam bukunya beberapa poin, yaitu
- Menghisab diri dan merasakan pengawasan Allah Swt.
- Mengevaluasi dan merenungi hakikat dirinya, Penciptanya, serta sejauh mana kebutuhannya pada pemeliharaan dan taufik Allah Swt.
- Merenungi manusia dan ketidakberdayaannya di hadapan Sang Khalik.
- Memikirkan fenomena keagungan Allah swt, Hari Akhir, hisab dengan segala fenomena yang mengiringinya; merenungkan betapa besar kasih sayang Allah dan betapa berat hukuman-Nya.
Sedangkan, hikmah apa yang akan didapatkan ketika seorang Muslim, terkhusus para pendakwah, beruzlah? Mengutip dari buku The Great Episode of Muhammad saw, yaitu
- Proses mengevaluasi diri dalam keheningan akan menyucikan jiwa manusia.
- Seseorang bisa mengurangi bahkan menghilangkan sikap sombong, ujub (mengagumi diri sendiri), dengki, riya, dan cinta dunia, karena semua penyakit itu yang merusak jiwa manusia dan menodai kesucian hatinya, dan menghancurkan batinnya meskipun dia banyak melakukan amal saleh dan ibadah yang apik.
- Proses berpikir yang lama dan berkesinambungan mengenai segala hal itu mengikis penyakit dan kerusakan jiwa.
- Salah satu buah dari beruzlah adalah dihidupkan hati dengan cahaya makrifat dan bersih dari segala karat dunia.
![]() |
Photo by Polina Kuzovkova on Unsplash |
Hal yang penting juga dalam diri seorang Muslim, terkhusus para pendakwah adalah pendidikan hati untuk mencintai Allah Swt. Sebab, ini merupakan sumber pengorbanan dan jihad serta landasan dakwah yang benar.
Lagipula, cinta kepada Allah swt tidak muncul dari dasar keimanan yang hanya bersifat rasional. Sebab, berbagai persoalan rasio semata tidak pernah memengaruhi hati dan perasaan. Andai berpengaruh, tentu para orientalis berada di barisan terdepan orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan pastilah hati mereka dipenuhi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Jalan untuk mencintai Allah setelah beriman kepada-Nya adalah selalu merenungkan limpahan nikmat-Nya dan memikirkan betapa besar keagungan-Nya, kemudian memperbanyak zikir kepada-Nya dalam hati dan dengan lisan. Semua itu terwujud melalui kegiatan menyendiri yang waktunya sengaja disisihkan secara berkesinambungan. Namun, karena kedudukan beruzlah adalah obat, maka mestilah sesuai dengan ukuran dan waktu mengonsumsinya. Jika berlebihan obat akan berubah menjadi penyakit yang patut dihindari.
Refleksi resume Uni Rahma dari The Great Episode of Muhammad saw - Syeikh Said Ramadhan al-Buthy
KONTRIBUTOR:
Rahma Rahimah (Rahmah Study Club Member)
0 comments